Persentase penduduk miskin di Papua selama enam bulan terakhir mengalami kenaikan sebesar 0,23 persen yaitu dari 28,17 persen pada Maret 2015 menjadi 28,40 persen pada September 2015.
Dilihat menurut tipe daerahnya, penduduk miskin terkonsentrasi di daerah perdesaan. Pada September 2015 sebanyak 37,34 persen penduduk miskin hidup di perdesaan sedangkan di perkotaan hanya sebesar 3,61 persen.
Garis Kemiskinan (GK) di perkotaan pada September 2015 sebesar Rp 445.057,- lebih tinggi dari GK perdesaan yang mencapai Rp 392.446,-. Hal ini, berarti biaya untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal yang layak (basic needs) untuk makanan dan bukan makanan lebih besar di perkotaan daripada di perdesaan.
Peranan komoditi makanan terhadap GK jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan), yaitu 75,19 persen berbanding 24,81 persen.
Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap GK di perkotaan adalah beras, rokok kretek, kue basah, telur ayam ras, tongkol/tuna/cakalang dan kembung. Sedangkan komoditi yang berpengaruh besar terhadap GK di perdesaan adalah ketela rambat, beras, rokok kretek, daging babi dan gula pasir.
Pada periode Maret 2015 - September 2015, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan meningkat. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin menjauhi garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin besar.